Inspirasi Hari Ini

"Melihat yang sebenarnya, tidak dilakukan dengan kedua mata, tapi dengan jiwa."
~Chandra Tusdiana~

Minggu, 07 Februari 2010

Investasi Itu Bernama Rasa Percaya Diri


Teringat akan satu peristiwa menarik di tahun 1998, yaitu final NBA antara Chigago Bulls vs Utah Jazz. Pada Game ke-6 yang dilangsungkan di kandang Utah Jazz di mana tim Chicago Bulls apabila memenangkan pertandingan ini akan menjadi juara NBA 6 kali berturut-turut. Nilai kedua tim begitu ketat, bahkan hingga Quarter ke-4. Adalah sang Megabintang NBA Michael Jordan yang tampil dengan sangat tenang dan cemerlang, walaupun partnernya Scotie Pipen pada Quarter ke-3 ditarik keluar karena cedera kaki, tapi kepercayaan diri Michael Jordan tidak menyusut sedikitpun. Hingga pada detik-detik akhir, adalah Michael Jordan dengan kepercayaan dirinya melakukan suatu gerakan yang brilian sehingga mengecoh defender dari Utah Jazz, dan akhirnya dengan mudah memasukkan bola ke dalam ring untuk kemudian nilai Chicago Bulls melewati Utah Jazz dengan perbedaan 2 point. Dan akhirnya Chicago Bulls memenangkan pertandingan ini dengan sangat dramatis, setelah di 5 detik akhir, Utah Jazz, melalui John Stockton gagal memasukkan bola dari area Three Point.

Apa yang saya ceritakan diatas bukan tentang bagaimana satu tim lebih unggul dari tim lainnya. Yang saya bicarakkan adalah tentang tentang bagaimana rasa percaya diri dapat mengantarkan seseorang atau sebuah tim berada di jalur pemenang. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang ada dalam diri manusia, terbentuk dari harapan-harapan positif untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Ini adalah investasi dalam hidup kita. Ini disebabkan karena setiap langkah yang kita ambil, akan didasarkkan pada keadaan apakah kita merasa bahwa kita dapat mengandalkan diri kita sendiri atau mengandalkan orang lain untuk dapat mencapai apa yang telaj dijanjikan. Rasa percaya diri baik secara individual maupun kolektif dapat menjadikan kita berani atau ragu, menjadi besar atau kecil, maju atau mundur.

Rasa percaya diri yang positif ada diantara dua titik ekstrim yang negatif. Di titik atasnya ada yang dinamakan dengan Keangkuhan dan di titik bawahnya ada yang bernama Keputusasaan. Dan keduanya pun memunyai sifat yang ekstrim pula di mana Keangkuhan merupakan ketidakmampuan kita dalam melihat kekurangan atau kelemahan yang ada dalam diri kita, dan Keputusasaan merupakan ketidakmampuan kita dalam melihat apa yang menjadi kekuatan dan kelebihan yang ada dalam diri kita.

Rasa percaya diri yang kompulsif (berlebihan) dapat membuat kita menjadi kebablasan, menginginkan sesuatu secara berlebihan, lupa daratan, terlalu optimis, dan mulai menganggap diri sebagai pribadi yang tidak terkalahkan. Sikap seperti ini akan membuat kita menjadi mudah berpuas diri, mulai bersikap layaknya penjudi alih-alih mengembangkan sikap sebagai seorang Investor, dan mulai menganggap kecil semua hal. begitu juga di titik sebaliknya, rasa kurang percaya diri merupakan titik yang jauh lebih buruk. Mengapa? Karena keadaan ini dapat menjadikan kita takut untuk melangkah maju dalam kehidupan, melihat semua pencapaian adalah sebuah resiko, dan yang berbahaya adalah ketika keadaan ini membawa kita menjadi sulit berinovasi, dan lama-kelamaan kita tidak berani untuk memulai perjalanan menuju titik pencapaian yang kita inginkan, bahkan hanya untuk sekedar mencobanya.

Satu hal yang perlu diketahui oleh kita semua bahwasannya apa yang menjadi Kegagalan dan Kesuksesan bukanlah suatu titik, tapi merupakan garis di mana semua hal tersebut merupakan arah, atau jalur, atau kecenderungan. Sehingga kita dapat melihat bahwa di dalam setiap kejadian ada sebuah makna, dan makna dari setiap kejadian yang kita alami ditentukan oleh apa yang terjadi sebelumnya. Dengan demikian, pemahaman tersebut membawa kita pada satu pengetahuan bahwa ternyata sejarah dan konteks dapat memengaruhi interpretasi dan juga harapan, di mana konteks suatu kejadian adalah yang menciptakan pengharapan yang memengaruhi hasil.

Demikianlah, rasa percaya diri merupakan investasi dalam tingkah laku kita. Dan tingkah laku kita akan mengirimkan signal yang dapat memengaruhi kepercayaan orang lain kepada kita baik secara individu maupun secara tim. Michael Jordan tidaklah bisa menjadi megabintang NBA jika dia tidak mengirimkan signal rasa percaya diri kepada teman-temannya dan juga kepada Pelatih serta para penonton, sehingga dia mendapatkan umpan balik dari semua orang yang ada di sekitarnya dalam memercayainya sebagai bagian dari tim yang dapat membawa timnya menjadi Juara NBA.

Dan kita ingatkan kembali untuk diri kita sendiri bahwa selama kita hidup, maka disana selalu ada harapan. Masuklah ke dalam jalur harapan positif, karena itu yang mungkin dapat terjadi pada diri Anda. Harapan kita akan kegagalan akan membuat kegagalan menjadi mungkin bagi kita untuk kita alami. Dan harapan akan kesuksesan akan membuat kesuksesan menjadi mungkin bagi kita untuk mengalaminya.



Salam Kebahagiaan dari saya,

~Chandra Tusdiana~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar